Kamis, 05 Juni 2014

Evita Mahalia






Aku mengenalnya di suatu pelatihan beberapa tahun silam, awalnya aku sudah tertarik, entah apa yang aku pikirkan, seakan aku tidak menyadari statusku saat aku bertemu dengannya, ia membalas sama denganku, hari demi hari kami lalui bersama, kembali seakan-akan kami masih anak sekolahan yang duduk di bangku MA , kami menghabiskan waktu dengan bercanda, tertawa saling ejek dan bahkan hal yang tidak pernah kami sadari berapa usia kami saat itu, saat ini usia kami sudah berkepala tiga, terkadang ada waktu dimana kami libur pelatihan satu hari, kami menyempatkan nonton bioskop dan jalan-jalan ke pusat kota, tawa canda sama persis anak MA yang sedang pacaran, indah sekali.
Di ujung pelatihan itu, kami berkumpul sekedar membuat acara kecil sebagai perpisahan, semua bahagia, tertawa, berjoget, dah bahkan di antara mereka saling bercerita tentang kesan mereka selama 3 minggu bersama.
Tino, namanya seperti anak kecil, karena matanya yang bulat, aku punya julukan sendiri “sapi” hahahahaha, aku begitu suka memanggilnya begitu, bahkan teman-teman ku pun tak lepas memanggilnya begitu, seakan tak mau kalah, ia memanggilku “penyu” entah dasar apa ia memanggilku dengan penyu,

“penyu ikut aku yuk” ia menarik tangan ku, dan kami berlalu dari kerumunan teman-teman kami, ia mengajak ku ke lantai atas gedung tempat kami menginap
“ngapain?” tanyaku
“pengen ngabisin malam ini sama kamu” aku terkejut bukan kepalang ia berkata begitu
“hahahaha… jangan jorok ya” spontannya membuat aku malu akan pikiran jelekku. “habisnya kata-katamu” jawabku tertawa geli. ia menarikku ke sebuah bangku

“penyu.. cepet banget ya, kayae baru kemarin kita ketemu”

“memangnya kenapa?!” jawabku
“rasanya aku enggak pengen balik, masih pengen sama temen-temen, terutama kamu”
“ya jelaslah.. aku kan orang paling ngangenin” jawabku sedikit membanggakan. dia tertawa, kemudian menarik hidung ku yang sedikit pesek,
“aku baru tau… ternyata kota kecil tempat kita, nyimpen orang yang paling gemesin”
“siapa?” tanya ku penuh harap
“tutik” tutik teman kita satu-satunya kelompok kita yang masih berstatus lajang
“hahahahaha aku pikir kamu bilang aku”
dia berhenti terseyum, ia menatapku
“ya pastinya kamu lah penyuuuu”
“masa? tadi bilang tutik, ayo jangan-jangan kamu naksir dia?!”
“dosa enggak ya? kalau aku suka sama kamu?”
Aku terdiam mendengar kata-kata yang baru saja terlontar dari mulut Tino,
aku mencoba mengatur perasaan yang bergejolak dalam diriku, jujur aku sangat menikmati kebersamaan ku bersama Tino, tetapi di kehidupan ku sebenarnya ada suami serta anak yang sangat mencintaiku.
Tino perlahan menatapku, ia berdiri tepat di hadapanku, mulai menggenggam tanganku, dan aku tak sedikitpun menolaknya
“maafkan aku ya, aku tidak bisa menyembunyikan perasaan ku, aku sayang sama kamu”
Aku masih berdiri dalam diamku
“suamimu pasti sangat mencintaimu, dan aku tau betapa kamu sangat berharga untuknya” ucapnya
“aku tau… dan kamu tidak perlu membalas rasa sayangku ke kamu, kebersamaan kita selama ini, sudah cukup untuk aku merasakan kebahagian yang ku cari, kamu tidak hanya membuatku tersenyum, tapi.. aku juga merasakan aku yang sebenarnya bila sama kamu, aku hanya menyesalakan, kenapa kita harus bertemu disaat ikatan telah mengekang kita, penyu… masihkah kamu akan menghubungi ku setelah berakhirnya semua ini?”
Aku masih terpaku dalam kegelisahan ku
“tino, aku sangat bahagia dengan suamiku, dia adalah pria yang tidak pernah menyakiti ku sampai detik ini, dia tidak merubah apapun tentangku selama ini, tapi.. aku juga tidak bisa memungkiri perasaan ku terhadapmu, selama 3 minggu ini, aku bisa melupakan kebahagian bersama suamiku, aku menemukan sesuatu yang lain yang belum pernah kurasakan selama ini, tapi… aku tidak bisa menyakiti suami dan juga istrimu, karena aku juga belum yakin, kau kelak akan membahagiakan ku seperti suami ku membahagiakanku, dan aku juga tak bisa menjanjikan kebahagiaan seperti istrimu, biarlah ini cerita terindah dalam diri kita, simpanlah aku sebagai kenangan indah untukmu”
Tino menatapku dalam, perlahan ia mendekatiku, ia merengkuh jemariku, membelai wajahku, ia tersenyum, membuat aku ingin menghentikan waktu saat itu, ia mencium bibirku, ciuman yang hangat bukan ciuman n*fsu, ia terus mendekapkan daun bibirnya di tepi daun bibirku, kami berpelukan, ia mendekapku erat. aku mulai hanyut dalam perasaanya,
“tino.. maaf, ini kesalahan besar jangan diteruskan”
Aku menghindarinya, aku sedikit mundur beberapa langkah dari hadapannya. namun langkahku terhenti oleh rengkuhan tangannya
“aprilll… maafkan aku”
Aku menghentikan langkahku dan membangkitkan keberanian ku untuk menatapnya
“tino aku cinta sama kamu, tapi aku bisa menodai kebahagiaan keluargaku”
“aku mengerti, aku pun sangat mencintaimu, dan aku tak ingin kamu terluka oleh cintaku, biarlah kita kembali seperti awal.”
“terima kasih tino, terima kasih atas semuanya, atas kenangan yang tak terbatas ini, atas rasa yang tak tercipta ini, aku minta satu hal, tetaplah menjadi tino yang aku kenal saat ini, kapanpun kita ditakdirkan bertemu kembali, tetaplah menjadi tino, pendamlah rasa ini, biarlah ia akan mati dengan sendirinya”
Tino tersenyum kembali, ia menggapai tangan ku, dan mengajakku kembali ke tempat teman-teman berkumpul.

Kamis, 29 Mei 2014



Nama: Candra Rian H
TTL: Jember, 17-19-1996
Alamat: Tempurejo Jember
Riwayat skolah: TK-Alhidayah 4, MI Miftahul Ulum, MTs Miftahul ulum, MA Nurul Jadid.
Hobi: gitaran
No Hp: 08579057636
Pacar:????????

hukah

ni gue ma tmen temen yang gaul abiezzzzzzzzzzz